Perusahaan dirgantara, Airbus dan Boeing, mendesak Pemerintah Amerika Serikat (AS) menunda penggelaran jaringan 5G. Sebab, 5G dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Kok Bisa?

Kepala Eksekutif Boeing Dave Calhoun dan CEO Airbus America Jeffrey Knittel, telah melayangkan surat protes tersebut langsung kepada Presiden AS Joe Biden.

Dalam surat tersebut, dua raksasa perusahaan dirgantara itu meminta Menteri Transportasi Pete Buttigieg menghentikan perluasan cakupan wilayah 5G oleh operator seluler AT&T dan Verizon, untuk sementara waktu.

“Interferensi 5G dapat berdampak buruk pada kemampuan pesawat beroperasi dengan aman. Hal itu akan berdampak negatif sangat besar bagi industri penerbangan,” begitu isi surat protes Airbus dan Boeing dikutip dari Reuters, Jumat (24/12/2021).

Mengutip analisis dari kelompolkperdagangan Airlines for America (A4A) bahwa jika FAA 5G yang berlaku 2019 itu bisa mengakibatkan 345 ribu penerbangan penumpang dan 5.400 penerbangan kargo akan menghadapi penundaan, pengalihan, atau pembatalan.

Administrasi Penerbangan AS (FAA) telah menyuarakan keprihatinan tentang potensi gangguan 5G dengan elektronik pesawat yang sensitif, seperti altimeter radio.

Pada bulan ini, FAA telah mengeluarkan peringatan gangguan 5G dapat mengakibatkan penerbangan. Adapun sejak November, AT&T dan Verizon menunda peluncuran secara komersil layanan nirkabel C-band hingga 5 Januari 2022. Di sisi lain melakukan tindakan pencegahan akan interferensi sinyal 5G terhadap penerbangan.

Kelompok industri penerbangan mengungkapkan bahwa surat protes penundaan penggelaran 5G masih belum cukup. Boeing dan Airbus mengungkapkan agar membatasi transmisi seluler di sekitar bandara dan area penting lainnya.

Sampai saat ini, pihak pemerintah AS belum menanggapi surat protes dari Airbus dan Boeing terkait penggelaran jaringan 5G.

Leave a Comment